Labels

Main Menu

Labels

Pages

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Kamis, 29 Juni 2017

WALI TANPA NAMA DAN TANPA GELAR

Suatu hari aku bertemu dengan orang gila ( Al-majnuni Murokab )tak jauh dari makam seorang wali, ia ngoceh ga jelas seperti sedang bicara dengan seseorang, dia berbicara seperti ini: . "andaikan mereka tahu bahwa ada wali "tanpa nama tanpa gelar" yang memiliki kemampuan seperti wali qutb niscaya mereka akan datang berbondong-bond ong mencium tangan wali tanpa nama tanpa gelar tersebut minta di do'akan hajatnya, jika wali tanpa nama tanpa gelar itu telah wafat niscaya mereka akan berlama-lama dipekuburannya berdzikir, berdo'a dan bermuhasabah diri meminta ampun kepada ALLAHU MAHA PENGAMPUN atas dosa-dosa mereka selama ini Andaikan mereka tahu jika mereka sami'na wa athona kepada wali tanpa nama tanpa gelar niscaya ALLAHU SWT akan angkat derajatnya, Namun sayang sekali karena wali tersebut tanpa nama dan tanpa gelar kewalian maka ia seringkali dilupakan dan diabaikan setiap orang" aku yang dengar ocehannya kaget dam bergumam "hahhh??? ada wali tanpa nama tanpa gelar yang kemampuannya seperti wali qutb? Siapakah wali tersebut?" . dengan sedikit rasa takut-takut aku dekati dia karena penasaran ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelar tersebut? . lalu terjadi dialog: . Aku : maaf mbah tadi saya dengar mbah ada mengoceh panjang lebar dan berbicara tentang wali tanpa nama tanpa gelar, siapakah sebenarnya wali tersebut mbah? mengapa sedemikian hebatnya wali tanpa nama tanpa gelar tersebut hingga kemampuan dan derajatnya hampir menyamai wali qutb? . Orang gila tersebut menoleh kearahku dan matanya sedikit melotot lalu berkata : . "sampeyan siapa? kamu nguping omonganku yach? Apa pentingnya kamu perlu merasa tahu tentang wali tanpa nama?" . Ucapnya dengan nada agak tinggi, Mendengar ucapan suaranya yang agak bernada tinggi terkesan kasar membuat aku sedikit takut dan gentar, lalu berkata : . "maaf mbah, bukan maksud saya menyinggung mbah, nama saya Bolank saya seorang muhibbun pecinta para wali-wali ALLAHU, kadang-kadang saya dan teman-teman sprti M Darjo Huda Naja Suluk Ahmad Nawan Nyel berziarah ke makam para wali, saya penasaran dan tertarik dengan wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah sebutkan, kalau boleh tahu siapakah wali tersebut mbah?" . Orang gila itu tertawa terbahak-bahak dan berkata: "HA HA HA HA HA HAA ..... dasar bocah goblog, namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar, tentu saja aku tidak tahu nama wali tersebut dan apa gelar kewaliannya, kamu ini tampang keliatan pintar tapi ternyata goblog yach, HA HA HA HA HA" . JLEEB, terasa menusuk sekali perkataannya dia menyebut aku anak bodoh dan goblog, wajahku merah padam menahan sedikit emosi, sepertinya aku salah sangka kukira orang gila tersebut orang yang bisa diajak dialog, tapi nyatanya dia sebut aku bocah goblog, yach aku memang goblog namanya juga wali tanpa nama tanpa gelar jadi siapa yang tahu nama wali tersebut? siapa yang tahu gelar wali tersebut sedangkan wali tersebut tanpa gelar?, ach sudahlah sebaiknya kutinggalkan saja dia, aku pun mulai membalikkan badan dan membuang muka dengan wajah masam hendak meninggalkan orang gila tersebut, . "Hai fikri mau kemana sampeyan, sampeyan ini bagaimana sudah datang tidak mengucapkan salam, malah pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, baru diejek begitu saja sudah bermuka masam, apakah mursyidmu yang seorang wali qutb tidak mengajarkanmu untuk mengucapkan salam saat datang dan pergi? apakah mursyidmu yang seorang wali tidak mengajarkanmu untuk bisa bersabar menahan celaan dan hina an?" . langkahku terhenti, astaghfirullah .... betul sekali, aku tadi lupa mengucapkan salam sebelum memulai obrolan dan aku juga pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, dan tak kusangka dia menyebut mursyidku seorang wali qutb, sepertinya dia mengenal mursyidku . kemudian aku kembali menghampirinya dan berkata "assalammu' alaikum wr. wb. mbah, mohon maaf mbah atas kelancangan saya karena datang dan pergi tanpa mengucapkan salam, sekali lagi saya mohon maaf" (sambil mencoba meraih tangannya untuk menyalami dan mencium tangannya), orang gila itu menepis tanganku seraya berkata "wiss sudah , cukup bilang minta maaf dan tak perlu cium tangan segala" . aku jadi salah tingkah, tiba-tiba suasana hening sejenak beberapa menit, aku diam dan diapun diam suasana serasa seperti di kuburan . "ngapain kamu masih disini?" . tiba -tiba suaranya memecah keheningan, aku agak kaget lalu berkata : . "maaf.. anu mbah ... anu" , orang gila itu menyela kalimatku "anu ... anu .... anu-anu apa? ngomong yang jelas jangan ngomong jorok, itu anumu ada disitu, mau pamer dan adu anu? ayo sini aku ladenin, mana anumu? ayo tunjukkan" . annnnccur ... mukaku rasanya merah padam, merasa salah tingkah dan bodoh dihadapan orang gila tersebut, dengan rasa sedikit menahan malu aku tetap memberanikan diri untuk bertanya : . "maksud saya bukan anu mbah , maksud saya adalah ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelar yang mbah katakan saat saya mencuri dengar" . orang gila bertanya "kamu ini ga pinter pinter juga, sudah berapa lama kamu belajar tassawwuf/spritual?" . aku menjawab "sudah sekitar hampir 7 tahun, mbah" lalu orang gila itu berkata sambil menepuk pahanya : . "sudah 7 tahun masa kamu ora mudeng dan tidak tahu wali tanpa nama dan tanpa gelar, memangnya gurumu tidak mengasih tahu?" . aku menjawab "saya sering membaca dan mendengar suhbah dari guru saya mbah, tapi saya belum tahu dan belum pernah dengar ada wali tanpa nama dan tanpa gelar, dan guru sayapun tidak pernah menyebutkan siapa wali tersebut?" . orang gila itu tertawa terkekeh-kekeh lalu berkata "sebenarnya gurumu ada menyebutkannya bahkan berulang-ulang kali menyebutkannya hanya saja kamu aja yang ga faham-faham dengan maksud gurumu, lagipula sebutannya wali tanpa nama dan tanpa gelar jelas gurumu tidak tahu nama wali tersebut dan tidak tahu gelar wali tersebut tapi kamu sendiri tahu siapa wali tersebut, bahkan wali tersebut begitu dekat denganmu" . aku bergumam dalam hati "apaaa?? aku mengenal wali tersebut? siapa dia?", aku tambah penasaran siapakah wali tersebut yang dimaksud orang gila tersebut lalu aku bertanya : " maaf mbah , siapakah yang mbah maksud? mbah katakan aku mengenal wali tanpa nama dan tanpa gelar tersebut, bahkan mbah mengatakan wali tersebut dekat denganku , siapakah yang mbah maksud??" . orang gila itu tertawa terkekeh-kekeh "he .. he ... he ... wali tanpa nama dan tanpa gelar itu adalah orangtuamu sendiri, nah sekarang aku tanya kamu memangnya aku kenal siapa nama orangtuamu dan gelar orangtuamu? yach aku mana tahu" . aku jadi tambah bingung lalu semakin bertanya-tanya . "orangtuaku? maksud mbah orangtuaku adalah wali tanpa nama dan tanpa gelar? mengapa bisa begitu mbah?" . orang gila itu mulai menatap mataku dengan tajam , lalu bangkit dari duduknya lalu berkata : "apakah kau tidak tahu tentang uwaisy al qarni, salah satu sahabat yang tidak pernah bertemu NABI secara fisik dan juga seorang wali? apa yang menyebabkan dia memiliki derajat yang begitu agung hingga namanya terkenal di langit walau dibumi tak ada seorangpun mengenalnya? kau tahu??!! sahabat uwaisy al qarni berkata bahwa ibunya pernah berkata dan mendo'akannya "anakku uwaisy aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu NABI MUHAMMAD SAW, namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih karena tak berhasil menemui RASULULLAH SAW dan kau memilih segera pulang karena memikirkan dan mengkhawatirkan aku ibumu ini nak , dan aku ridho padamu, YA ALLAHU kau MAHA TAHU, saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah ridho pada anakku, maka terimalah ridho ku ya ALLAHU dan ridhoilah anakku uwaisy", dan apa kau tidak kau tahu bahwa SHULTANUL AWLIYA SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI , dimasa kecilnya ketika dirampok malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perampok itu heran mengapa ia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya padahal setiap orang yang mereka rampok selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha menyembunyikannya dari mereka, lalu kau tahu apa kata SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI? beliau berkata "ketika aku hendak bepergian menuntut ilmu ibuku berpesan "anakku .. bila engkau bertemu dengan siapapun maka jujurlah jangan berbohong, sungguh ibu lebih ridho bila engkau jujur sekalipun engkau harus kehilangan harta dan perbekalanmu daripada kau harus kehilangan kejujuranmu" . aku tersentak kaget, wajahku mulai pucat pasi, teringat olehku salah satu hadist yang menyatakan bahwa kita harus berbuat baik dan berbakti pada orangtua kita sendiri, bahkan RASULULLAH SAW sampai 3 kali menyebut kata "ibumu, ibumu ,ibumu .. lalu ayahmu" , tak kusangka ternyata aku tertipu oleh nafsu dan egoku sendiri, hingga aku tak tahu bahwa selama ini wali tanpa nama yang memiliki kemampuan layaknya wali quthb adalah orangtuaku sendiri .... . lalu orang gila berkata kembali : . " lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam perutnya? apakah kau sanggup menahan perih dan pedih seperti dirinya hanya untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertaruh nyawa agar kau terlahir sehat dan selamat?? bahkan ketika dalam kondisi darurat ia lebih rela menerima kematian agar kau tetap hidup ... apakah kau pernah memikirkan hal ini ?? kekuatan apa yang membuat ibumu sekuat dan setabah itu sebagaimana kekuatan awliya yang sanggup menerima dan menanggung beban yang berat? itu kekuatan ALLAHU SWT yang dianugerahkan kepada ibumu melalui RAHMAN dan RAHIM NYA , ini adalah sumber kekuatan para AWLIYA" . aku diam seribu bahasa rasa hati ini ingin menangis sejadi-jadinya, aku serasa dihakimi dalam hari perhitungan ... lalu orang gila itu berkata lagi "kau bangga dan takjub dengan karomah para wali tapi pernahkah kau banggakan dan takjub dengan karomah ibumu yang ALLAHU SWT anugerahkan kepadamu? pernahkah kau bangga dan takjub dengan karomah ibumu yang mengajarkan berkata-kata ketika masih bayi? tidurnya sedikit karena kau selalu nangis dan rewel sebagaimana para AWLIYA yang tidurnya sedikit karena memikirkan ummat NABI MUHAMMAD SAW yang banyak berkeluh kesah dan merengek .... air susunya seakan akan tak pernah habis setiap kali kau merengek ingin netek , apakah kau tak tahu kalau itu adalah bukti karomah ibumu?, tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini . "ridho orangtua adalah ridho nya ALLAHU , para awliya mereka menjadi wali quthb dikarenakan ridho dari orangtua mereka, tidakkah kau sadar bahwa do'a dan harapan kedua orangtuamu hampir setara dengan wali quthb?" . astaghfirullah ... ampuuunnn .... mendengar celotehan orang gila tersebut seakan petir menyambar seluruh tubuhku, badanku rasanya hancur binasa ... ingin sekali aku rasanya menangis sekuat-kuatnya ... . orang gila itu berdiri lalu berkata sambil menunjuk kearahku "lihat dirimu, kelak kau akan jadi seorang bapak, apakah kau tahu karomah bapakmu selama ini? lihat tangannya, lihat punggungnya lihat kulitnya, setiap hari ia membanting tulang agar kau tetap bisa makan, tetap bisa tertawa , tetap tersenyum , bekerja siang dan malam hanya untuk mengabulkan segala macam pinta dan rengekmu, ketika kau kecil dirimu melakukan kesalahan dialah orang yang paling depan membelamu, ketika kau dalam bahaya dia rela menghadapi bahaya itu untuk menyelamatkanmu, dia tanggung bebanmu dan ibumu dipundaknya walau kian rapuh dia tetap berusaha menopang , tidakkah kau sadari bahwa bapakmu itu seorang MUJAHID FISABILILLAH ? yang setiap hari dia berjuang menafkahi kehidupanmu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun, dia bapakmu adalah MUJAHIDIN kebanggaanmu" . ya RABB , aku seperti hancur lebur mendengar ocehan orang gila tersebut, bahkan ternyata selama ini aku yang gila bukan dia, aku melupakan siapa sesungguhnya orangtuaku sendiri, aku melupakan semua yang mereka beri padaku, bahkan aku sering takjub akan pesona dan karomah wali tapi aku tak pernah sadar dengan orangtuaku sendiri yang merupakan wali tanpa nama dan tanpa gelar kewalian, ... . sesaat kemudian orang gila itu berlalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun .... aku mengikuti dia dari belakang ingin tahu kemana dia pergi ... ternyata dia mendatangi 2 gundukan tanah, dan dia duduk disana .... mulutnya komat kamit seperti orang yang berdialog dan berbicara, namun karena dia menggunakan bahasa daerah yang tidak kumengerti aku tidak tahu apa yang dia ucapkan, lalu sesaat kemudian dia tertawa kebahak-bahak sambil senyam senyum dihadapan 2 gundukan tanah yang ternyata itu tanah kuburan, tapi aku tak tahu kuburan siapa itu namun aku berhusnudzon mungkin itu kuburan seorang wali besar, karena dari celoteh orang gila itu sepertinya dia tahu betul tentang wali jadi aku pikir itu kuburan seorang wali .... tiba-tiba setelah selesai dia tertawa , dia diam .... suasana menjadi hening .... kemudian kulihat dia mulai menangis meneteskan airmata dengan suara terisak-isak, tangisan begitu pilu sampai serasa menyayat hatiku untuk turut menangis ... aku tak tahu apa yang diucapkannya dalam logat daerah, ucapannya seperti sedang curhat pada kuburan tersebut sambil tangannya mengelus - elus kuburan itu, tangisan kian jadi bahkan meraung, aku sedih bercampur bingung karena tak mengerti dengan bahasa yang diucapkannya ... namun akhirnya aku mengerti mengapa dia meraung-raung menangis dikuburan yang kusangkakan seorang wali , ditengah isak tangisnya aku mendengar dia mengucapkan kalimat "mbok ... " , lalu pada kuburan yang sebelahnya dia berkata "mbah ... " , aku jadi ingin menangis sejadi-jadinya .... ternyata itu kuburan orangtuanya , ternyata itu kuburan seorang wali tanpa nama tanpa gelar ... kini aku baru faham mengapa orang-orang mulai menganggap gila, sebab dia sering tertawa, menangis meraung, dan bercakap - cakap sendiri di kuburan ... seandainya aku jadi dia mungkin aku akan sama dengannya menjadi gila karena ditinggal pergi oleh kedua orang paling yang disayangi ... aku membalikkan badanku ... bergegas ingin pulang kerumah untuk menemui kedua orangtuaku yang masih hidup ... aku merasa beruntung masih memiliki wali tanpa nama tanpa gelar yang masih hidup .... . sepanjang jalan aku berdo'a allahumma firlana dzunubanna waliwalidayya warhamhumma kama robbaya nishagiro. Komen:Aamiin dan silahkan di share

BIODATA LENGKAP 25 NABI DAN RASUL

BIODATA LENGKAP 25 NABI DAN RASUL 1. ADAM AS. Nama: Adam As. Usia: 930 tahun. Periode sejarah: 5872-4942 SM. Tempat turunnya di bumi: India, ada yang berpendapat di Jazirah Arab. Jumlah keturunannya: 40 laki-laki dan perempuan. Tempat wafat: India, ada yang berpendapat di Mekkah. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali. 2. IDRIS AS. Nama: Idris/Akhnukh bin Yarid, nama Ibunya Asyut. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. Usia: 345 tahun di bumi. Periode sejarah: 4533-4188 SM. Tempat diutus: Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). Tempat wafat: Allah mengangkatnya ke langit dan ke surga. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali. 3. NUH AS. Nama: Nuh/Yasykur/Abdul Ghaffar bin Lamak. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. Usia: 950 tahun. Periode sejarah: 3993-3043 SM. Tempat diutus (lokasi): Selatan Irak. Jumlah keturunannya: 4 putra (Sam, Ham, Yafits dan Kan’an). Tempat wafat: Mekkah. Sebutan kaumnya: Kaum Nuh. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 43 kali. 4. HUD AS. Nama: Hud bin Abdullah. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ ‘Aush (‘Uks) ⇒ ‘Ad ⇒ al-Khulud ⇒ Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud As. Usia: 130 tahun. Periode sejarah: 2450-2320 SM. Tempat diutus: Al-Ahqaf (antara Yaman dan Oman). Tempat wafat: Bagian Timur Hadhramaut Yaman. Sebutan kaumnya: Kaum ‘Ad. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 7 kali. 5. SHALIH AS. Nama: Shalih bin Ubaid. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒ Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒ Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih As. Usia: 70 tahun. Periode sejarah: 2150-2080 SM. Tempat diutus: Daerah al-Hijr (Mada’in Shalih, antara Madinah dan Syria). Tempat wafat: Mekkah. Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 10 kali. 6. IBRAHIM AS. Nama: Ibrahim bin Tarakh. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. Usia: 175 tahun. Periode sejarah: 1997-1822 SM. Tempat diutus: Ur, daerah selatan Babylon (Irak). Jumlah keturunannya: 13 anak (termasuk Nabi Ismail As. dan Nabi Ishaq As.). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron, Palestina/Israel). Sebutan kaumnya: Bangsa Kaldan. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 69 kali. 7. LUTH AS. Nama: Luth bin Haran. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Haran ⇒ Luth As. Usia: 80 tahun. Periode sejarah: 1950-1870 SM. Tempat diutus: Sodom dan Amurah (Laut Mati atau Danau Luth). Jumlah keturunannya: 2 putri (Ratsiya dan Za’rita). Tempat wafat: Desa Shafrah di Syam (Syria). Sebutan kaumnya: Kaum Luth. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 27 kali. 8. ISMAIL AS. Nama: Ismail bin Ibrahim. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. Usia: 137 tahun. Periode sejarah: 1911-1774 SM. Tempat diutus: Mekah. Jumlah keturunannya: 12 anak. Tempat wafat: Mekkah. Sebutan kaumnya: Amaliq dan Kabilah Yaman. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali. 9. ISHAQ AS. Nama: Ishaq bin Ibrahim. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. Usia: 180 tahun. Periode sejarah: 1897-1717 SM. Tempat diutus: Kota al-Khalil (Hebron) di daerah Kan’an (Kana’an). Jumlah keturunannya: 2 anak (termasuk Nabi Ya’qub As./Israel). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron). Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 17 kali. 10. YA’QUB AS. Nama: Ya’qub/Israel bin Ishaq. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. Usia: 147 tahun. Periode sejarah: 1837-1690 SM. Tempat diutus: Syam (Syria). Jumlah keturunannya: 12 anak laki-laki (Rubin, Simeon, Lewi, Yahuda, Dan, Naftali, Gad, Asyir, Isakhar, Zebulaon, Yusuf dan Benyamin) dan 2 anak perempuan (Dina dan Yathirah). Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron), Palestina. Sebutan kaumnya: Bangsa Kan’an. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali. 11. YUSUF AS. Nama: Yusuf bin Ya’qub. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. Usia: 110 tahun. Periode sejarah: 1745-1635 SM. Tempat diutus: Mesir. Jumlah keturunannya: 3 anak; 2 laki-laki dan 1 perempuan. Tempat wafat: Nablus. Sebutan kaumnya: Heksos dan Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 58 kali. 12. AYYUB AS. Nama: Ayyub bin Amush. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub As. Usia: 120 tahun. Periode sejarah: 1540-1420 SM. Tempat diutus: Dataran Hauran. Jumlah keturunannya: 26 anak. Tempat wafat: Dataran Hauran. Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali. 13. SYU’AIB AS. Nama: Syu’aib bin Mikail. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu’aib As. Usia: 110 tahun. Periode sejarah: 1600-1490 SM. Tempat diutus: Madyan (pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai). Jumlah keturunannya: 2 anak perempuan. Tempat wafat: Yordania. Sebutan kaumnya: Madyan dan Ash-habul Aikah. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 11 kali. 14. MUSA AS. Nama: Musa bin Imran, nama Ibunya Yukabad atau Yuhanaz Bilzal. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Musa As. Usia: 120 tahun. Periode sejarah: 1527-1407 SM. Tempat diutus: Sinai di Mesir. Jumlah keturunannya: 2 anak, Azir dan Jarsyun, dari istrinya bernama Shafura binti Syu’aib As. Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 136 kali. 15. HARUN AS. Nama: Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. Usia: 123 tahun. Periode sejarah: 1531-1408 SM. Tempat diutus: Sinai di Mesir. Tempat wafat: Gunung Nebu (Bukit Nabu’) di Jordania (sekarang). Sebutan kaumnya: Bani Israel dan Fir’aun (gelar raja Mesir). Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 20 kali. 16. DZULKIFLI AS. Nama: Dzulkifli/Bisyr/Basyar bin Ayyub. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayyub As. ⇒ Dzulkifli As. Usia: 75 tahun. Periode sejarah: 1500-1425 SM. Tempat diutus: Damaskus dan sekitarnya. Tempat wafat: Damaskus. Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Amori (Kaum Rom), Syria dan Yordania. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali. 17. DAUD AS. Nama: Daud bin Isya. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. Usia: 100 tahun. Periode sejarah: 1063-963 SM. Tempat diutus: Palestina (dan Israel). Jumlah keturunannya: 1 anak, Sulaiman As. Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). Sebutan kaumnya: Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 18 kali. 18. SULAIMAN AS. Nama: Sulaiman bin Daud. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matisyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. Usia: 66 tahun. Periode sejarah: 989-923 SM. Tempat diutus: Palestina (dan Israel). Jumlah keturunannya: 1 anak, Rahab’an. Tempat wafat: Baitul Maqdis (Yerusalem). Sebutan kaumnya: Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali. 19. ILYAS AS. Nama: Ilyas bin Yasin. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Lawi ⇒ Azar ⇒ Qahats ⇒ Imran ⇒ Harun As. ⇒ Alzar ⇒ Fanhash ⇒ Yasin ⇒ Ilyas As. Usia: 60 tahun di bumi. Periode sejarah: 910-850 SM. Tempat diutus: Ba’labak (Lebanon). Tempat wafat: Diangkat Allah ke langit. Sebutan kaumnya: Bangsa Fenisia. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 4 kali. 20. ILYASA’ AS. Nama: Ilyasa’ bin Akhthub. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Ifrayim ⇒ Syutlim ⇒ Akhthub ⇒ Ilyasa’ As. Usia: 90 tahun. Periode sejarah: 885-795 SM. Tempat diutus: Jaubar, Damaskus. Tempat wafat: Palestina. Sebutan kaumnya: Bangsa Arami dan Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 2 kali. 21. YUNUS AS. Nama: Yunus/Yunan/Dzan Nun bin Matta binti Abumatta, Matta adalah nama Ibunya. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.). Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Ya’qub As. ⇒ Yusuf As. ⇒ Bunyamin ⇒ Abumatta ⇒ Matta ⇒ Yunus As. Usia: 70 tahun. Periode sejarah: 820-750 SM. Tempat diutus: Ninawa, Irak. Tempat wafat: Ninawa, Irak. Sebutan kaumnya: Bangsa Asyiria, di utara Irak. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali. 22. ZAKARIYA AS. Nama: Zakariya bin Dan. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. Usia: 122 tahun. Periode sejarah: 91 SM-31 M. Tempat diutus: Palestina. Jumlah keturunannya: 1 anak. Tempat wafat: Halab (Aleppo). Sebutan kaumnya: Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 12 kali. 23. YAHYA AS. Nama: Yahya bin Zakariya. Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Aynaman ⇒ Yahfayath ⇒ Syalum ⇒ Nahur ⇒ Bal’athah ⇒ Barkhiya ⇒ Shiddiqah ⇒ Muslim ⇒ Sulaiman ⇒ Daud ⇒ Hasyban ⇒ Shaduq ⇒ Muslim ⇒ Dan ⇒ Zakariya As. ⇒ Yahya As. Usia: 32 tahun. Periode sejarah: 1 SM-31 M. Tempat diutus: Palestina. Tempat wafat: Damaskus. Sebutan kaumnya: Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 5 kali. 24. ISA AS. Nama: Isa bin Maryam binti Imran. (Catatan: Tidak ada dari para nabi yang dinasabkan ke Ibunya kecuali Yunus dan Isa As.). Garis Keturunan: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ishaq As. ⇒ Yahudza ⇒ Farish ⇒ Hashrun ⇒ Aram ⇒ Aminadab ⇒ Hasyun ⇒ Salmun ⇒ Bu’az ⇒ Uwaibid ⇒ Isya ⇒ Daud As. ⇒ Sulaiman As. ⇒ Rahab’am ⇒ Radim ⇒ Yahusafat ⇒ Barid ⇒ Nausa ⇒ Nawas ⇒ Amsaya ⇒ Izazaya ⇒ Au’am ⇒ Ahrif ⇒ Hizkil ⇒ Misyam ⇒ Amur ⇒ Sahim ⇒ Imran ⇒ Maryam ⇒ Isa As. Usia: 33 tahun di bumi. Periode sejarah: 1 SM-32 M. Tempat diutus: Palestina. Tempat wafat: Diangkat oleh Allah ke langit. Sebutan kaumnya: Bani Israel. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 21 kali, sebutan al-Masih sebanyak 11 kali, dan sebutan Ibnu (Putra) Maryam sebanyak 23 kali. 25. MUHAMMAD SAW. Nama: Muhammad bin Abdullah. Garis Keturunan Ayah: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad Saw. Garis Keturunan Ibu: Adam As. ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qinan ⇒ Mihlail ⇒ Yarid ⇒ Idris As. ⇒ Matusyalih ⇒ Lamak ⇒ Nuh As. ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyad ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Tarakh ⇒ Ibrahim As. ⇒ Ismail As. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad Saw. Usia: 63 tahun. Periode sejarah: 570-632 M. Tempat diutus: Mekkah. Jumlah keturunannya: 7 anak; 3 laki-laki Qasim, Abdullah dan Ibrahim, dan 4 perempuan Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah az-Zahra. Tempat wafat: Madinah. Sebutan kaumnya: Bangsa Arab. Al-Quran menyebutkan namanya sebanyak: 25 kali. (Disarikan dari: Qashash al-Anbiya' Ibn Katsir, Badai' az-Zuhur Imam as-Suyuthi dan selainnya). Sumber : muslim.or.id Semoga bermanfaat...!!! Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariq. Wassalamu Alaikum Ya Allah... Muliakanlah orang yang membacastatus ini Lapangkanlah hatinya Bahagiakanlah keluarganya Luaskan rezekinya seluas lautan Mudahkan segala urusannya Kabulkan cita-citanya Jauhkan dari segala Musibah Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah,Prasangka Keji, Berkata Kasar, dan Mungkar Dan semoga yg me-LIKE, komen Aamiin dan membagikan status ini masuk Surga bersama Rasulullah aamiin.. KALAU BANGGA PUNYA NABI SEPERTI BAGINDA RASULULLAAH SAW, SILAHKAN BAGIKAN!!! Semoga yg membagikn selalu mendapat pertolongan Allah SWT AAMIIN..YAA.. ROBBAL 'AALAMiN.. Boleh di SHARE sebanyak mungkin!!

Salah Kaprah Ucapan Selamat Idul Fitri

Oleh Nine Adien Maulana Ramadhan sudah berlalu. Umat Islam merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1438 H. Selama masa hari raya ini ucapan selamat (tahniah) yang paling populer yang sering disampaikan oleh banyak orang adalah minal ‘aaidiin wal faaiziin dan mohon maaf lahir batin. Media massa baik cetak maupun elektronik pun berperan besar mengampanyekan ucapan selamat ini. Saya penasaran fenomena itu, sehingga tertarik untuk melakukan survey sederhana. Setiap ada murid yang mengucapkan minal ‘aaidiin wal faaiziin kepada saya, saya pun bertanya, “Apa maksudnya?”. Mereka pun menjawab, ”Mohon maaf lahir batin, Pak!”. Saya pun menyimpulkan bahwa selama ini ungkapan minal ‘aaidiin wal faaiziin dikira bermakna mohon maaf lahir batin. Bagi orang yang mengerti bahasa Arab, walaupun hanya sedikit, pasti akan mengatakan bahwa ini adalah tidak tepat. Dalam hal ini saya menganalogikannya seperti anak-anak SD yang baru saja belajar bahasa Inggris yang tahunya ada tulisan welcome di keset (alas yang difungsikan untuk membersihkan kotoran pada alas kaki), maka hal itu melekat dalam ingatan mereka bahwa bahasa Inggris keset adalah welcome. Karena kesalahan ini dilakukan secara massif, maka inilah yang dinamakan salah kaprah, salah tapi dilakukan banyak orang sehingga dianggap sebagai suatu kebenaran. Bagaimana seharusnya yang ucapan tahni’ah yang tepat? Jika kita membaca literature, memang kita menemukan tradisi di kalangan para sahabat Nabi, yakni mengucapkan selamat (tahni’ah) kepada sesama umat Islam yang telah berhasil menyelesaikan puasa Ramadlan. Bunyi bacaan selamatnya adalah “taqabbalallaahu minnaa wa minkum”, namun ada pula yang menambahnya “taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidiin wal faaiziin”. Ada pula yang masih menambahnya “wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair”. Jika ucapan selamat itu dirangkai memang menjadi sangat panjang, “taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja’alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu ‘ammin wa antum bi khair” Artinya adalah “semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kami dan kamu. Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang serta diterima (amal ibadah). Setiap tahun semoga kamu senantia dalam kebaikan.” Dari ucapan selamat yang panjang inilah, kita bisa lacak asal-usul ucapan minal “aaidiin wal faaiziin” yang artinya termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang. Dari sini pula kita sudah tahu kan bahwa ucapan tahniah ini tidak ada sangkut pautnya dengan mohon maaf lahir batin. Sayangnya, ucapan tahniah yang panjang itu, yang juga bisa bermakna do’a itu, sampai pada kita mengalami penyusutan atau sengaja diringkas. Lebih parahnya meringkasnya juga kurang pas. Ibaratnya kita menyampaikan informasi tentang kuda, namun yang kita jelaskan adalah ekornya. Kita potong ekor kuda itu, lalu kita bawa potongan ekor itu kemudian kita sampaikan kepada semua orang bahwa ini adalah kuda. Kita merasa bahwa apa yang telah kita sampaikan adalah benar, sedangkan orang telah mengetahui kuda pasti akan tertawa dengan penjelasan kita tentang kuda itu. Secara sederhana, kita tahu bahwa “aaidiin wal faaiziin” bukanlah kalimat yang sempurna (al-jumlatul mufiidah). Pasti mucul di benak kita lho kok tiba-tiba muncul “termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang (minal ‘aaidin wal faizin). Pasti ia tidak berdiri sendiri. Bacaan ini pasti terikat atau berhubungan dengan bacaan sebelumnya. Dengan agak sedikit "memaksa" kita sebenarnya bisa berdalih bahwa bacaan itu bermakna do’a, sehingga boleh diucapkan dengan ungkapan singkat atau ada sesuatu yang disembunyikan (mahdzuf), namun untuk menterjemahkannya kita perlu memunculkan makna yang disembunyikan bacaannya itu, agar mudah dipahami. Dengan alasan ini kita bisa menterjemahkan “minal ‘aaidin wal faizin” dengan “(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang. Kalau kita mau meniru apa yang dilakukan sahabat Nabi, sebenarnya yang paling tepat kita ucapkan adalah bacaan selamat panjang itu. Kalaupun itu telalu panjang, kita bisa menyingkatnya dengan bacaan yang paling populer di kalangan mereka, yaitu “taqabbalallaahu minnaa wa minkum”, bukan mengucapkan minal ‘aaidin wal faizin." Alasannya adalah “taqabbalallaahu minnaa wa minkum” adalah bacaan yang telah sempurna struktur kalimatnya. Selain itu, bacaan ini adalah paling populer di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW, dibadingkan bacaan “minal ‘aaidiin wal faaiziin”. Bahkan, saya menduga bacaan “minal ‘aaidiin wal faaiziin” tidak populer, untuk tidak mengatakan tidak pernah ada, di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW. Hal ini bisa kita lacak pada kitab Fathul Bari karya Al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani. Beliau mengatakan dalam kitabnya itu, “Telah sampai kepada kami riwayat dengan sanad yang hasan dari Jubai bin Nufair, ia berkata: “Jika Para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan kepada sebagian lainnya: “Taqabbalallahu minnaa wa minkum.” (Fathul Bari, juz II, halaman 446). Bagaimana fakta di Indonesia? Ternyata yang populer adalah “minal ‘aaidiin wal faaiziin”. Inilah uniknya orang Islam di Indonesia. Mereka tidak menerima tradisi pengucapan tahniah ini apa adanya. Mereka malah mengkreasi tradisi baru ala Indonesia, walaupun kemudian menjadi salah kaprah. Buktinya, “minal ‘aaidiin wal faaiziin” lebih populer dan dikira bermakna mohon maaf lahir batin. Selain itu mereka mengkreasi tradisi Halal Bi Halal yang tidak ada rujukannya secara khusus dari Islam atau dari tradisi Arab. Inilah masalah budaya. Selama ia mengandung kebaikan dan tidak bertentangan dengan syari’at, marilah bersikap moderat. Sikap moderat ternyata juga ditampilkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah saat ditanya tentang ucapan selamat di hari raya. Beliau menjawab, “Ucapan selamat hari raya sebagian mereka kepada sebagian lainnya jika bertemu setelah shalat ‘Id dengan ungkapan, taqabbalallaahu minnaa wa minkum dan a’aadahullaahu ‘alaika serta ucapan sejenisnya, maka hal ini telah diriwayatkan dari sejumlah sahabat bahwa mereka melakukannya, dan telah diperbolehkan oleh para imam seperti Imam Ahmad, dan lain lain. Maka siapa yang melakukannya, ia memiliki panutan, dan yang meninggalkannya pun memiliki panutan.” (Majmuu’ Fatawa (XXIV/253) Meskipun saya lebih sependapat ucapan tahni’ah dengan “taqabbalallahu minnaa wa minkum daripada “minal ‘aaidiin wal faaiziin”, namun saya tidak bisa memaksakan kecenderungan saya ini kepada siapa pun, karena memang ini adalah masalah budaya. Dilakukan boleh tidak dilakukan pun juga boleh. Namun, jika anda lebih suka dengan “minal ‘aaidiin wal faaiziin”, kemudian mengartikannya dengan mohon maaf lahir batin, maka jelas saya tidak setuju. Ini jelas salah. Kalau tidak dibetulkan akan menjadi kaprah. Oleh karena itu, saya harus memaksa Anda untuk tidak mengartikan demikian agar tidak salah kaprah. *) Ketua Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama Pacarpeluk, Megaluh, Kabupaten Jombang.

Deti detik wafatnya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani

Jasadnya memang sudah terkubur lebih dari delapan abad. Namun nama dan tauladan hidupnya tetap membekas kuat di kalangan umat Islam. Dialah Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ulama sufi kelahiran Persia yang kemasyhurannya setingkat dunia. Syekh Abdul Qadir terkenal sebagai pribadi yang teguh dalam berprinsip, sang pencari sejati, dan penyuara kebenaran kepada siapapun, dan dengan risiko apapun. Usianya dihabiskan untuk menekuni jalan tasawuf, hingga ia mengalami pengalaman spiritual dahsyat yang mempengaruhi keseluruhan hidupnya. Jejak Syekh Abdul Qadir juga dijumpai dalam belasan karya orisinalnya. Selain mewarisi banyak karya tulisan, Syekh Abdul Qadir meninggalkan beberapa buah nasehat menjelang kewafatannya. Akhir hayat Syekh didahului dengan kondisi kesehatannya yang terus menurun. Kala itu putra-putranya menghampiri dan mengajukan sejumlah pertanyaan. ”Berilah aku wasiat, wahai ayahku. Apa yang harus aku kerjakan sepergian ayah nanti?” tanya putra sulungnya, Abdul Wahab. ”Engkau harus senantiasa bertaqwa kepada Allah. Jangan takut kepada siapapun, kecuali Allah. Setiap kebutuhan mintalah kepada-Nya. Jangan berpegang selain kepada tali-Nya. Carilah segalanya dari Allah,” jawab sang ayah. ”Aku diumpamakan seperti batang yang tanpa kulit,” sambung Syekh Abdul Qadir. ”Menjauhlah kalian dari sisiku sebab yang bersamamu itu hanyalah tubuh lahiriah saja, sementara selain kalian, aku bersama dengan batinku.” Putra lainnya, Abdul Azis, bertanya tentang keadaannya. ”Jangan bertanya tentang apapun dan siapapun kepadaku. Aku sedang kembali dalam ilmu Allah,” sahut Syekh Abdul Qadir. Ketika ditanya Abdul Jabar, putranya yang lain, ”Apakah yang dapat ayahanda rasakan dari tubuh ayahanda?” Syekh Abdul Qadir menjawab, ”Seluruh anggota tubuhku terasa sakit kecuali hatiku. Bagaimana ia dapat sakit, sedang ia benar-benar bersama dengan Allah.” ”Mintalah tolong kepada Tuhan yang tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Dia. Dialah Dzat yang hidup, tidak akan mati, tidak pernah takut karena kehilangannya.” Kematian pun segera menghampiri Syekh Abdul Qadir. Syekh Abdul Qadir al-Jainlani menghembuskan nafas terakhir di Baghdad, Sabtu bakda maghrib, 9 Rabiul Akhir 561 H atau 15 Januari 1166 M, pada usia 89 tahun. Dunia berduka atas kepulangannya, tapi generasi penerus hingga sekarang tetap setia melanjutkan ajaran dan perjuangannya. (Mahbib Khoiron)
Istighfar ini dibaca Rasulullah SAW di salah satu sujudnya. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّه دِقَّهُ وَجُلَّه ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَه ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّه Allâhummaghfirlî dzanbî kullah, diqqahû wa jullah, wa awwalahû wa âkhirah, wa ‘alâniyatahû wa sirrah. Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku dari segala dosa baik kecil maupun besar, awal maupun akhir, dan dosa yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.” Pilihan kalimat dalam istighfar di atas tampak begitu kuat dan menyeluruh. Rasulullah SAW mengajarkan istighfar ini untuk umatnya yang penuh dosa. Riwayat permohonan ampunan dosa ini disebutkan oleh Imam Nawawi di dalam karyanya Al-Adzkar. (Alhafiz K)